Rabu, 27 Februari 2013 - , 0 komentar

~ Fin ~



Secangkir teh jasmine hangat telah tersedia di hadapanku. Kucium aromanya yang menguar di udara dalam-dalam. Aroma ini sangat khas dan identik dengan harum tubuhmu. Aku masih ingat dengan jelas segala hal mengenai dirimu, termasuk semua detail awal pertemuan kita yang mengesankan.

Pagi itu kamu lewat di taman depan rumahku. Karena penasaran dengan siapa dirimu yang sebenarnya, aku pun mengikutimu hingga akhirnya kamu berhenti melangkah di satu titik. Lalu, kamu petik setangkai melati yang sedang tumbuh subur dan kamu selipkan di balik daun telingamu. Pemuda yang unik, batinku.

Aku tersenyum mengingat kali pertama aku tertarik padamu. Pertemuan yang tak biasa. Begitu pula dirimu. Pada hari-hari awal aku mengenalmu, aku tidak bisa mengerti alasanmu selalu melakukan hal itu secara rutin setiap pagi. Berbagai pertanyaan yang menghiasi benakku semakin membuatku penasaran padamu. Di mataku kamu begitu misterius dan tak bisa diduga.

Hari terus bergulir bak sebuah roda yang tak lelah berputar. Aku semakin sering mengamatimu. Kamu yang semakin hari semakin mahir tersenyum merekah. Penampilanmu yang semakin hari semakin rapi dan gagah, dari kaus berubah menjadi setelan formal. Aku sangat bahagia dengan semua perubahanmu, tetapi ada sesuatu yang mengganjal: mengapa kamu belum juga menyadari kehadiranku? Apakah ada sesuatu yang salah pada dirimu? Aku khawatir terjadi sesuatu pada dirimu.

Hari itu tepat lima bulan aku mengagumimu. Aku sudah mulai merasa lelah dengan semua yang kulakukan untukmu. Hingga saat itu tak ada respon positif darimu. Kamu mungkin tak tahu bahwa aku pun memiliki batas waktu menunggu untukmu. Batin dan hatiku sudah teramat lelah. Dan saat itulah semua pertanyaanku pada saat kali pertama melihatmu terjawab.

Aku mengangkat cangkir teh jasmine di depanku dan kuberikan padamu. Ini teh pertama dan terakhirku untukmu. Uh, panas, panas! Aku mengaduh sambil mengibaskan bajuku yang terkena tumpahan teh. Mataku membelalak melihat draft novelku yang kini kotor tertumpah teh jasmine. Di halaman yang terbuka tertulis:

Anton memetik setangkai bunga melati dari taman yang sama seperti yang sudah-sudah. Tetapi, kini bunga melati itu tak lagi diselipkan di balik telinganya. Anton menggenggam tangan seorang gadis dengan mesra dan diletakannya setangkai bunga melati di atas telapak tangan si gadis. Diciumnya puncak kepala si gadis dengan penuh kelembutan. Si gadis pun tersenyum manis dan memeluk Anton.

Rupanya untuk si gadis itulah Anton setiap pagi memetik setangkai bunga melati yang lalu diselipkannya di balik daun telinga. Ia menunggu waktu yang tepat untuk memberikan bunga itu pada si gadis.***

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Backstreet Boys - As Long As You Love Me