Rabu, 17 Agustus 2016 - 0 komentar

Tentang Kekasih - kekasihku

Kali ini akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah cinta yang jauh dari kata sempurna. Cinta yang tidak biasa. Kusebut demikian karena ini bukan kisah cinta biasa antara seorang lelaki dan seorang perempuan, ini adalah sebuah kisah roman antara aku dan mereka. Orang-orang terkasih yang selalu menantiku di ujung jalan setelah aku menyelesaikan misiku dalam sebuah perjalanan panjang.

Cakrawala tepat mencapai puncak kepala ketika aku baru saja selesai merapikan rak-rak kenanganku. Pada salah satu rak itu kutemukan surat-surat cinta usang dengan tetes cinta abadi dalam setiap goresan yang tertuang di dalamnya. Membacanya kembali, aku menyadari bahwa cinta yang nyata adalah cinta yang sederhana. Tanpa harus mengutarakan kata-kata ajaib pun, seperti “aku menyayangimu”, kita sudah mampu merasakan hangatnya.

Kau tahu, cinta yang terlalu sering mengumbar kata-kata manis adalah cinta yang membawa luka. Layaknya seseorang yang terlalu banyak makan gula dan berakhir hidup dalam bayang-bayang penyakit diabetes (kencing manis).

Hai, kamu yang di sana, ingatkah kamu pada waktu-waktu ketika kita duduk di pojok lapangan sekolah usai mengikuti ujian bulutangkis? Ingatkah kamu pada cerita-cerita yang kamu gulirkan kala itu? Entah kenapa ketika aku membaca lagi surat darimu, kenangan itu adalah yang pertama kali terbayang dalam kepalaku. Memori itu.. aku masih bisa mengulangnya dengan sangat jelas detik ini, setiap cerita yang kamu kisahkan. Apa kabarmu sekarang di sana? Ah, mungkin kamu sudah banyak berubah sekarang, jauh lebih mantap dalam pilihan-pilihanmu. Aku ikut senang setiap melihat postingan foto terbarumu yang sedang tertawa lebar dalam salah satu akun sosial mediamu. Aku bangga pernah punya sahabat sepertimu dan terima kasih karena kamu telah menyebutku sahabat terbaikmu :)

Untuk kamu yang pernah berbagi kamar denganku di rumah retret.. setiap aku membaca surat darimu, aku selalu tersenyum. Di sana kamu bercerita tentang pertemuan pertama kita dan bagaimana pendapat pertamamu tentang aku. Hingga detik ini aku masih sering tidak menyangka bahwa kata-kata yang aku ucapkan padamu kala itu akan memiliki pengaruh besar bagimu, membuatmu semakin semangat dalam menjalani bangku-bangku sekolah dan meredakan kabut-kabut kecemasan sebagai siswi baru di Malang. Kau tahu, jika aku boleh mengulang waktu sekali lagi, aku ingin memperbaiki momen terakhir kita :)

Untuk kamu yang kusebut sebagai “Cinderella”.. kau tahu, pada awalnya aku tidak menyangka bahwa kita akan begitu cocok. Kita memiliki banyak kemiripan dan kamu senantiasa berhasil menutupi kekuranganku. Aku masih ingat ketika dulu kita sering menulis cerita duet ketika pelajaran di kelas sedang berlangsung. Atau ketika kita saling menukar cerita yang kita tulis atau pada waktu lainnya ketika kamu bertanya pendapatku mengenai puisi yang kamu tulis. Sungguh, waktu berlari sangat cepat. Aku ingat beberapa waktu yang lalu kita pernah bercanda dengan sebuah pertanyaan siapa di antara kelompok kita yang akan menikah lebih dulu. Lihatlah, tidak lama lagi nama belakangmu akan bertambah dengan nama belakang si dia :D Masih terekam jelas dalam ingatanku, ketika kali kedua aku ke negara singa dan kamu mengenalkan dia padaku. Sejak pertama kali kita bertiga duduk bersama, aku langsung menyukainya. Dia lelaki yang manis. Dari pertemuan pertama itu aku memiliki firasat dia akan menjadi lelakimu yang terakhir. Aih, tidak sabar rasanya melihatmu memakai gaun yang kamu mimpikan. Sampaikan salam hangatku kepada pangeranmu. Kuharap kita akan tetap menjadi duo yang terus kompak dan partner curhat meski kamu telah menjadi miliknya :)

Untuk kamu yang menganggapku sebagai sahabat pertamamu di bangku sekolah.. sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana aku bisa melakukannya sedari awal: mengetahui kapan kamu jahil iseng atau kamu yang sedang serius (kamu bilang tidak banyak yang bisa mengetahuinya). Yah, aku hanya bisa merasakannya begitu saja. Tidak ada penjelasan lain. Di suratmu kamu berkata untuk jangan lelah dengan semua kejahilanmu. Tentu saja aku tidak akan lelah. Aku menyayangimu dengan semua keunikanmu. Kuakui aku sering merindukan waktu-waktu di mana kita masih bisa sering duduk bersama di tangga sekolah menceritakan berbagai hal. Kamu yang memahami setiap detail ceritaku tentang dia yang pernah ada. Namun, kesibukan selepas bangku sekolah telah mengambil banyak hal. Aku benci mengakuinya bahwa kesibukan bisa merenggut dan membunuh banyak hal. Hidup tidak sesederhana dan sebebas dulu. Aku hanya terus percaya bahwa akan ada saatnya kita bisa menggantikan waktu-waktu kemarin yang sempat hilang. Kali ini, aku yang akan memintamu untuk jangan pernah lelah denganku :)

Untuk kamu, si “kucing hitam”.. penerimaan bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Butuh waktu yang cukup lama hingga aku bisa benar-benar menerimanya. Kita sama-sama tahu bahwa kala itu semua terasa pahit layaknya kopi hitam yang pekat, namun kini memori itu sudah menjadi kenangan manis. Aku bisa menceritakannya berulang kali dengan senyuman. Pada salah satu suratmu kamu memintaku untuk “keep in touch”. Jika saja kita memiliki akhir cerita yang berbeda, hal itu mungkin saja dilakukan, kupikir kita bisa menjadi sahabat yang kompak sebagaimana kita sudah cukup saling memahami. Siapa yang bisa menebak jika kita sekarang memiliki jalan yang bersimpangan dan bahkan perempatan jalan pun tidak ada untuk kita? Melalui catatan ini, kutitipkan terima kasihku padamu untuk segala usaha terbaikmu dan juga memori manis yang telah kau kemas untukku.

Untuk mereka yang memberiku kartu ucapan.. terimakasih untuk tetes cinta yang senantiasa kalian sematkan pada goresan tinta. Terimakasih untuk cinta kalian yang tulus. Karena kalianlah aku belajar bahwa mencintai itu mudah dan sederhana.

Salam sayang untuk cinta sembilan puluh derajat yang tidak pernah pudar ~

Blogroll

Backstreet Boys - As Long As You Love Me