Kamis, 05 September 2013 - 0 komentar

2 meter **special story**

Pelan-pelan tanganku menggenggam kembali cangkir teh motif bunga sakura yang terisi penuh seduhan teh jasmine panas yang mengepul-ngepul. Jalanan di depan rumahku berkecipak oleh tarian titik-titik hujan. Aku menghirup dalam-dalam aroma tanah selagi ditingkahi hujan. Kubayangkan ini adalah hujan terakhir yang menyapa Bumi dan ingin kusimpan memori hujan kali ini serapat yang kubisa. Seperti memoriku tentangmu. Berbagai kilasan bayangan masa lalu yang pernah kita lalui bersama kembali mengapung di ruang kosong pikiranku yang telah lama berdebu akibat kepergianmu. Entah ini sudah hari keberapa setelah kamu pergi, yang jelas aku masih tidak sanggup melepasmu.

Cinta jarak dua meter, begitulah aku menyebut hubungan kita. Kita tak pernah benar-benar duduk bersisian dalam satu ruang yang sama. Aku terlalu malu untuk sekadar bertukar senyum denganmu dan terlalu takut untuk menyapamu. Keberanianku yang tipis hanya sanggup membuat pandangan mataku jatuh pada sosokmu dalam jarak dua meter. Entah mengapa kornea mataku menjadi begitu sensitif dalam merefleksikan setiap milimeter bayangan gestur tubuhmu.

Kita adalah jarak dua meter. Kamu membuka telapak tanganmu di bawah hujan, membiarkan rintiknya menari-nari di atasnya dan sensasi dinginnya memukul-mukul saraf di kulitmu. Kamu tersenyum bahagia menikmati semuanya. Hm... hujan memang selalu menjadi yang kamu tunggu. Terkadang aku iri dengan hujan. Aku tak pernah mengalahkannya dalam memenangkan hatimu. Bahkan tak jarang aku melihatmu sekadar duduk mendengarkan orkestra hujan ditemani secangkir minuman hangat yang kuduga adalah teh. Aku tidak pernah memahami diriku sendiri mengapa aku merasa begitu damai dan senang hanya dengan melihatmu dan segala aktivitas hujanmu dalam jarak dua meter.

Suatu ketika, aku melintasi rumahmu dengan berteman gerimis.

“Suatu hari nanti hujan akan berhenti merindukan Bumi dan tidak akan pernah datang lagi. Ia pergi dan tak kembali,” katamu pelan sambil tersenyum tipis. Sedikit terkejut, aku menghentikan langkahku. Ini kali pertama aku mendengar suaramu. Wajahmu begitu sendu saat aku melirikmu diam-diam. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi? Pertanyaanku akhirnya mendapat jawabnya pada hari berikutnya dan hari-hari setelahnya. Aku tak lagi mendapatimu duduk di tempat yang sama dengan jarak dua meter. Hujan pun ikut enggan menyapaku di hari-hari itu. Jalan di depan rumahku kering. Hambar tanpa aroma hujan. Hatiku pun kering tanpamu.

Hari ini hujan kembali. Seduhan teh jasmine dalam cangkir teh motif bunga sakura yang kugenggam tak lagi terasa hangat. Kali ini aku tak akan lagi menyia-nyiakan kesempatan. Aku mengulurkan cangkir tehku ke bawah hujan. Satu tetes.. Dua tetes.. Tiga tetes.. Empat tetes. Kusesap habis teh jasmine yang telah bercampur tetesan hujan dalam sekali teguk. Dengan cara ini aku akan membuat diriku sedekat mungkin denganmu melalui hujan ini. Aku yakin cerita di antara kita belum usai. Tidak untuk saat ini.

NB: desain ilustrasi oleh Valerianus Andrew :)

Blogroll

Backstreet Boys - As Long As You Love Me