Senin, 28 Mei 2012 - , 1 komentar

Book of Tears and Smile

Jemariku terus berlari di atas lembar demi lembar buku tahunan yang baru saja kuterima. Halaman-halaman yang menyimpan semilyar kenangan. Membawa pikiran dan hatiku meluncur mundur dan membuka kembali sepenggal memori tentang semua yang kualami di Kosayu 3 tahun ini. Memori-memori indah yang membuatku menyadari satu hal: waktu begitu cepat merangkak. Tiga tahun yang terasa seperti satu hari.

Berawal dari MOS pada tahun 2009, aku memulai masa SMA-ku dengan banyak tanda tanya ala anak SMP. Aku sering takut, akan seperti apa masa SMA-ku nanti? Bisakah aku bertahan di SMA baruku? Pertanyaan-pertanyaan yang jika diingat kembali terasa konyol. Namun, seiring berjalannya waktu, ketakutan dan pertanyaan itu memudar sendiri, tanpa perlu dijawab. Bahkan sekarang masa MOS bisa kukenang sebagai salah satu saat-saat berkesan yang kualami di SMA. Dibentak-bentak oleh kakak OSIS, mengerjakan tugas MOS hingga larut malam, dan menyanyikan lagu jingle MOS dengan malu-malu hanyalah sebagian kecil dari kenangan MOS-ku. Setelah dipikir ulang, akhirnya aku mengerti apa gunanya segala kegiatan yang diadakan sewaktu MOS: untuk membentukku menjadi anak SMA yang mandiri, tak mudah putus asa, kuat, dan lincah. Selanjutnya bekal inilah yang aku bawa untuk bisa survive di Kosayu.

Aku melangkah lagi ke halaman chain of memories di buku tahunanku. Di halaman itu kutemukan sebuah foto kelas pertamaku: kelas X-E. Sederet hal sedih dan senang aku alami di kelas X-E. Aku pertama kali bertemu dengan seorang sahabat baru di kelas itu, namanya PL. Dan dia masih menjadi sahabatku sampai sekarang. Kami sering berbagi hal-hal kecil, dan kami juga memiliki hobi yang sama: menulis. Selain bertemu dengan PL, aku juga berkenalan dengan CW. Dia pernah mewarnai hidupku dengan warna merah muda lembut. Tapi sayangnya, semua harus berakhir di atas tinta hitam yang mati. Dan itu semua terjadi di luar dugaanku. Meski demikian aku bersyukur pernah bertemu dengan CW. Darinya aku bisa belajar satu hal: kita harus bisa melihat sekeliling kita dengan lebih peka dan mempelajari lingkungan kita dengan baik.

Waktu kelas X, aku memilih masuk ekstrakurikuler menari. Ini adalah kali pertama aku mengenal hip-hop. Juga kali pertama aku merasa begitu tak nyaman dengan kata “dance”. Setiap jam ekstra, aku selalu berpikir kapan aku bisa pulang ke rumah. Kapan aku bisa segera mengakhiri latihanku ini. Bukan karena aku segitu bencinya dengan jenis tarian hip-hop, tapi karena hal lain. Banyak faktor sih, lebih tepatnya. Tapi faktor-faktor itu tidak bisa kutuliskan dalam catatanku ini. Dan yah, pada akhirnya sewaktu naik kelas XI, aku memutuskan tidak lagi ikut ekstra menari, dan memilih Bahasa Mandarin sebagai kegiatan ekstra-ku bersama sahabat-sahabatku.

Suatu hari nanti, kalau ada yang menanyaiku apakah aku pernah menyesal mengikuti ekstrakurikuler dance, aku akan menjawabnya dengan tegas: tidak pernah! Kegagalanku pada ekstra dance membawaku pada sebuah pencarian. Aku memang tidak lagi ikut ekstra dance waktu kelas XI, tapi ketertarikan dan keinginanku untuk kembali menari tak pernah benar-benar hilang. Aku tidak lagi berlatih hip-hop, tapi aku masih berlatih modern dance dan menonton beberapa kompetisi menari sampai seseorang membawaku kembali pada hip-hop waktu kelas XI semester akhir. Untuk berikutnya, kita sebut seseorang itu XY. XY mengenalkanku pada crew-nya dan dari sana aku mengenal seorang temannya, BN. Nah, BN inilah yang membantuku mempelajari basic hip-hop. Meski aku tidak lama belajar basic hip-hop, tapi itu sudah cukup membantuku untuk pengembangan tarianku ke depannya. (cerita lengkap perjalanan dance-ku rencananya akan kutuliskan secara khusus dalam catatan berikutnya)

Lalu, aku beralih ke halaman berikutnya dari chain of memories. Halaman itu membawaku kembali pada sebuah kelas dengan kenangan paling berwarna di SMA: kelas XI IPA 4. Di kelas ini aku mendapatkan banyak kesempatan untuk semakin memperkuat jalinan persahabatanku dengan FT dan DS, sahabatku sejak SD. Selain itu, aku juga berkenalan dengan dua orang sahabat baru, sebut saja YA dan HT. Bersama FT, DS, YA, HT, dan XY aku sering berbagi pengalaman dan lelucon. Terkadang juga kami saling menjahili. Mereka membuatku tidak merasa bosan selama di kelas, bahkan aku cenderung mencintai berada di sekolah demi terus bersama mereka. Betapa menyenangkannya hari-hari itu. Mereka membuatku berharap semoga kelas XI tidak segera berlalu. Karena kami tidak tahu apakah kelas XII nanti kami bisa bersama-sama lagi di satu kelas yang sama seperti saat itu. Aku hampir menangis saat mengenang masa-masa kelas XI-ku. Aku sangat merindukan saat-saat ini. Saat-saat aku sering tertawa bahagia bersama orang-orang yang kusayang.

Dari foto kelas XI, tatapanku beranjak ke sebuah foto kelas XII IPA 2. Tak banyak yang bisa kutuliskan dalam catatanku tentang masa-masa kelas XII-ku, kecuali tentang wali kelasku, sahabatku KC, dan tentang prom night. Tiga hal yang kurasa paling berkesan. Di kelas XII ini pertama kalinya aku bertemu dengan seorang wali kelas yang begitu perhatiannya pada anak-anak kelasnya. Seorang wali kelas yang bisa merangkap sebagai figur ayah bagi kami. Tak ada kata yang cocok untuk menggambarkan wali kelasku ini selain sempurna. Kenangan tentang beliau selalu membuatku speechless sendiri setiap mengingatnya.

Sahabatku, KC, termasuk anak yang lucu. Gaya berceritanya yang selalu penuh semangat ’45 dan dilengkapi dengan berbagai jenis gaya kerap membuatku tersenyum. Semangatnya untuk bisa surevive di Kosayu hampir selalu tinggi. Dia membuatku tidak merasa jenuh berada lama di kelas. Uwaa.. >.< pokoknya gokil abis, deh si KC. Aku senang bisa kenal dan bersahabat dengannya. Karena dia anaknya kreatif dan selalu punya sejuta cara untuk membuatku tersenyum. Aku juga menyukai tulisan dan gambar-gambar rancangan bajunya. Aku berharap semoga KC bisa sukses dengan kuliahnya di Singapura nanti, dan saat bertemu kembali di Indonesia dia bisa menunjukkan padaku rancangannya yang setara dengan para international fashion designer.

Prom night. Sebuah malam singkat tak terlupakan. Malam di mana aku bisa menjejakkan kaki di atas panggung untuk pertama dan terakhir kalinya di SMA. Sebuah malam di mana aku bisa mempersembahkan sesuatu dalam bentuk nyata dan utuh untuk teman-temanku tercinta dan sebagai ucapan terima kasihku untuk XY. Aku ingin menunjukkan padanya bahwa usahanya untuk membantuku mempelajari hip-hop dance selama ini membuahkan sebuah hasil. Penampilanku malam itu juga aku peruntukkan bagi BN, yang telah memberikanku basic hip-hop yang kuat. Tanpanya, aku tidak tahu apakah aku bisa berada di panggung prom seperti malam itu. Selain itu, kesuksesanku lolos seleksi sebagai pengisi acara prom night ini juga aku hadiahkan kepada seorang temanku, DJ. Meski kita tidak bisa berada bersama-sama di atas panggung prom, aku berusaha memberikan segala usaha maksimalku dalam penampilan ini untuknya. Aku berharap dengan begitu rasa kecewanya bisa berkurang. Karena aku berada di atas panggung itu bukan hanya membawa mimpiku seorang, tapi juga mimpi DJ.

Di malam perpisahan itu, aku juga berbagi rasa dan cerita dengan sahabat-sahabatku. Kami banyak tersenyum. Kami menari bersama mengikuti dentuman lagu yang dimainkan seorang disc jockey. Momen ini begitu membahagiakan. Aku selalu merasa hangat setiap mengingatnya. Momen ini juga yang membuatku merasa tak perlu lagi takut dengan perpisahan dengan sahabat-sahabatku ini. Karena aku tahu persahabatan ini akan tetap terjalin akrab seperti sekarang meski nanti kami dipisahkan oleh jarak yang lumayan jauh. Di dunia ini memang ada ex-boyfriend atau ex-girlfriend, tapi ex-best friend tidak akan pernah ada. Aku percaya itu.

Kututup year book-ku. Perjalananku di SMA sudah usai. Semua tentang SMA akan berakhir. Namun kenanganku, kenanganmu, dan kenangan kita tidak akan pernah berakhir. Walau demikian, akirnya aku menangis juga ketika membaca jingle MOS Kosayu 2009 di cover belakang buku tahunanku.

Dulu ‘ku manja, cengeng, dan suka ngompol. Iler pun masih nyantol, mimic di botol.
Ikut MOS di HuaInd, bikin kepala pusing. Tapi itu gak penting, ada kakak OSIS membimbing.


U..u..u.. Dulu kecil, sekarang gede. Sama kakak OSIS-ku yang kece-kece.
Tujuh hari digembleng biar makin pede. Makin oke… oye…


Aku sudah tau, HuaInd itu bagus. Kakak OSISnya cakep maknyus.
Aku harus kuat, harus s’lalu tangguh. Harus bisa jadi tahan banting.
Tapi ternyata, ‘ku masih brondong, butuh kakak menolong.


Aku bukanlah Superman. Aku juga bisa nangis.
Jika para kakak OSIS, pergi meninggalkan aku.


MOS double ‘O nine?!!
MANTAPPP!!!


Aku akan selalu merindukan saat-saat SMA-ku. Detik-detik aku tertawa gembira bersamamu. Hari-hari aku berbagi cerita denganmu. Waktu-waktu aku hanya duduk berdampingan denganmu dalam diam menikmati pemandangan di luar jendela kelas. Menit-menit pertama aku mengenalmu. Jam-jam mendebarkan saat aku dan kamu membaca novel atau menggambar di tengah jam pelajaran. Detik-detik yang begitu mengharukan saat kita saling bertukar surat. Menit-menit yang berlalu saat kita menangis bersama karena perpisahan yang akan segera terjadi. Aku akan selalu merindukanmu. Selalu…. dan tidak akan pernah bosan aku merindukanmu. Aku mencintai kalian semua.

Malang, 26 Mei 2012 pk. 01.30
27 Mei 2012 pk. 14.30

Lots of Love,
@LyneAngela

Blogroll

Backstreet Boys - As Long As You Love Me