Jumat, 28 Mei 2010 - 0 komentar

Sebuah Kekalahan adalah Sebuah Kebahagiaan

Waktu itu, aq dan sahabatku, sebut saja namax Precill, ikut lomba cerpen semalang yang diadakan oleh STFT (Sekolah Tinggi Filosofi Teknik). Kami berusaha semaksimal mungkin dan tak lupa juga kami saling membantu.

Aku dan Precill sudah sahabatan cukup lama waktu itu. Dan dia sudah banyak bantuin aku buat ikut CCW (Coaching Cerpen Kawanku), meskipun akhirnya aku tetap ngggak lulus. Dan kejadian itu terulang lagi di lomba cerpen kali ini. Aku gagal.

Lagi-lagi aku meratapi diri, kenapa juga aku bisa kalah lagi? Kenapa aku nggak bisa jadi juara seperti sahabatku itu? Kenapaa?! Mungkin memang aku nggak bisa juara 1 sepertinya, tapi minimal juara 3 harus aku raih. Begitu harapku ketika berlomba.

Aku kecewa, marah, dan ingin rasanya berhenti menulis. Tapi aku merasa susah sekali untuk benar-benar berhenti dari itu semua. Apalagi ide2 cerita untuk kutulis masih berseliweran di sekitarku. Banyak bangettt... Namun sayangnya, gairah menulisku sudah hilang. Dan itu semua hanya karena pengumuman itu!

Malam itu sehabis pengumuman, aku sms si Precill, "Cil, kamu menang! Selamat, ya!"
Dan dia berkata, "Wah, nggak nyangka bisa menang."
Ada kebahagiaan yang begitu jelas tergambar dalam kata2 yang dituliskannya untukku.
Sejenak, aku jadi berpikir, aku memang sakit hati, marah, dan kecewa dengan keputusan dewan juri. Tapi bagaimanapunn juga itu semua baru saja berlalu dan tak mungkin bisa diganti.

Hingga keesokan harinya, saat aku bertemu Precill di sekolah, aku lihat anak2 sekelas pada memuji2 dia gitu. Aku tahu sejak awal aku sahabatan sama dia, kalau bakat menulisnya memang hebat! Dia memang punya jiwa penulis. Aku kagum sama dia. Dan ketika melihat senyumnya hari itu, aku sadar, nggak seharusnya aku marah, kecewa, dan meratapi diri. Kebahagiaanku cukup tergantikan dengan senyum di wajahnya. Aku senang bila melihat Precill senang.

Dan untuknya, aku mau ngucapin makasih bangettt buat bantuannya untukku selama ini. Sory yah, kalau aku banyak buat salah sama kamu. Aku suka banding2in cerpenmu sama cerpenku atau cerpen anak2 lain. Tapi jujur, itu semua karena aku kagum sama kamu.
Selasa, 25 Mei 2010 - 0 komentar

ParentSsss...

Belakangan ini, aq suka bertanya-tanya ma diriq sendiri
Kenapa sih, makin lama nilai-nilai keakraban dalam keluarga semakin hilang??
Kenapa banyak orang tua yang milih untuk lebih banyak kerja, padahal anak-anaknya juga butuh mereka sebagai sahabat?

Dan beberapa hari kemudaian akau mendapat jawabnya. Kebutuhan qta --sebagai remaja-- yang semakin hari semakin banyak tentu saja semakin mendesak mereka untuk bekerja lebih keras lagi. Berangkat pagi, pulang malam.. Belum lagi ditambah dengan tuntutan2 qta untuk membelikan qta barang2 yang lagi nge-tren.

Aku jadi banyak mikir, kenapa aq nggak coba bantu aja dengan caraku sendiri? Nggak tega rasanya, membiarkan mereka kerja banting tulang sementara qta tanpa peduli terus meminta ini-itu untuk menyenangkan diri qta sendiri. Nggak kebayang aja gimana rasanya kalau qta yang jadi mereka.

Yah.. Mungkin memang tindakanku tak bernilai banyak. Tapi 1 hal yang kuyakin, apa pun yang qta lakukan untuk mereka itu sangat berpengaruh pada mereka. Aku berusaha membantu mereka semampu yang aku bisa. Mungkin dengan menagajari adik dan menasihatinya kalau berbuat salah sebagai pengganti Ibu.

Walaupun itu semua belum cukup memuaskanku untuk membahagiakan mereka, tapi setidaknya aku sudah mencobanya mulai dari sekarang...

Blogroll

Backstreet Boys - As Long As You Love Me