Jumat, 26 Oktober 2012 - , 0 komentar

#thumbstory Sweet Revenge

Mereka menjuluki aku kaktus. Tanaman gurun yang hidup sendiri dalam sunyi. Mereka berpendapat aku aneh, seperti bentuk tanaman kaktus yang tidak biasa. "Hei,kaktus,kenapa sih lukisanmu aneh begitu? Gelap, suram, dan nggak jelas! Haha.." Fido terbahak mengatai lukisanku.

"Karena lukisanku adalah lukisan yang tak biasa," jawabku dalam hati. Aku suka sekali melukis tentang apa saja. Sedangkan mereka suka sekali mengejek lukisanku. "Kaktus, seberapapun seringnya kamu melukis, tetap tidak akan menjadikanmu seorang pelukis hebat seperti Van Gogh. Haha, kamu hanyalah seorang pemimpi hebat." Sebagian diriku merasa terpanggang mendengar ucapan itu. Apakah aku dilahirkan untuk sebuah kesia-siaan? Oh, entahlah. Aku merasa menjadi bak seekor kuda yang dipecut habis-habisan oleh kusir setiap mengingat ucapan itu. Aku melukis lagi, dan lagi. Terus dan terus tiada henti sambil menunggu pengumuman pemenang sayembara melukis se-kota Baliurang yang kuikuti muncul di layar laptopku.

Sejujurnya aku sering dibungkus rasa takut yang teramat tebal. Bagaimana kalau mereka benar dan aku salah? Aku tidak dilahirkan untuk menjadi pelukis hebat. Aku tidak dilahirkan untuk bermimpi. Dan kini aku merasa bisa memenangkan sayembara itu adalah sebuah keajaiban. Aku tahu sebagian besar peserta yang ikut sudah begitu mahir melukis, seperti Laura, teman sekelasku yang sering memenangkan lomba melukis hingga skala internasional. Namun setiap rasa takut itu datang, segera kutepis dengan mengingat kembali ucapan pedas yang membakar diriku untuk terus melukis.

Tiba-tiba tampilan layar laptopku berubah. Pengumuman pemenang sayembara terpampang di sana dan aku... kalah! Seketika tubuhku lemas. Aku gagal! Kuteliti komentar-komentar publik tentang para juara. Lukisan ini bagus, lukisan ini unik, lukisan ini bercerita lebih banyak daripada fiksi. Aku termenung membaca komentar terakhir. Rasa penasaran mendorongku meneliti lebih lanjut untuk lukisan siapa komentar itu diberikan. Tertera sebuah judul lukisan di akhir komentar itu: Kota Terakhir. Oh, itu judul lukisanku! Ternyata aku masuk dalam lima juara favorit! Tidak salah selama ini aku memilih mempertahankan gaya melukisku yang menurut mereka aneh. Dalam hati aku mengucapkan banyak terimakasih kepada orang-orang yang selalu mengejek lukisanku. Mereka membantuku sukses. Aku tidak akan balas dendam kepada mereka dengan berbalik mengejek. Pencapaianku dalam sayembara ini sudah lebih dari cukup untuk membalas perlakuan mereka.***

Catatan: Cerita ini diikutkan dalam ThumbStory Competition yang diadakan majalah Kawanku
*masuk 3 cerpen terbaik ThumbStory Competition
*dipublikasikan pertama kali di http://micrositekawankumagz.com
*diterbitkan di majalah Kawanku no 137, terbit 22 Agustus 2012
Rabu, 24 Oktober 2012 - , 1 komentar

Debu Cinta

Hari ini kita kembali bertemu. Bukan pertemuan dalam satu ruang yang sama, tetapi dua ruang yang berbeda. Namun, aku tetap tersenyum bahagia untuk pertemuan ini. Kubelai guratan halus wajahmu. Membelaimu dalam jarak sedekat ini membuat rindu di hatiku semakin meletup-letup.

Detik ini aku bebas mencumbui ketampanan wajahmu seorang diri. Kamu hanya milikku seorang. Meski mungkin semua orang di dunia tidak merestuiku memilikimu, aku akan tetap kukuh menyiramimu dengan seluruh cinta yang kupunya. Aku hanya ingin setia kepadamu, salahkah?

Ah, rupanya waktu pertemuan kita sudah habis. Ibuku sudah berteriak memanggil. Aku meng-klik menu log out akun fesbukku dan beranjak pergi.

Blogroll

Backstreet Boys - As Long As You Love Me