Rabu, 22 Februari 2017 - , 0 komentar

Jangan Jatuh Cinta!

Pada suatu malam dingin selepas hujan aku kembali menemuimu setelah sekian lama. Kamu menatapku dengan senyum hangat yang sama, masih terasa manis, namun kali ini tanpa getar-getar halus yang menggelitikku. Pertemuan pertama kita setelah 4 bulan bertukar kabar melalui sepetak layar 5.1 inchi tidak diawali dengan kata “halo” atau “apa kabar” seperti kebanyakan pertemuan lain, namun kamu memilih cara yang berbeda: membelai rambutku dengan perlahan seolah dengan begitu seluruh perasaanmu yang tak dapat terkatakan dapat tertumpahkan.

“Aku merindukanmu. Maafkan aku yang begitu sibuk hingga mengambil seluruh ruang bagi kita,” katamu masih dengan tersenyum.

Sepi menjawab pernyataanmu. Aku terdiam, menghitung jumlah kenangan yang sudah terlewati beserta waktu yang masih tersisa.

“Dari mana kamu yakin untuk bilang mencintaiku dan percaya saja ketika aku mengatakan hal yang sama padamu,” kataku lirih memecah suara angin malam yang berdesir*.

Dahimu berkerut mendengar pertanyaan yang seperti pernyataan. “Ah, sayang...” katamu sembari memeluk bahuku.

“Banyak orang bilang jangan jatuh cinta pada seorang penulis. Kamu mungkin akan mati terkapar ditikam berkali-kali oleh tulisan-tulisannya dan namamu akan menjadi terkenal di seluruh penjuru sebagai seorang penjahat. Kamu tahu, para penulis itu adalah pengendali dunia. Kamu tidak takut?”

“Untuk apa takut, jika rasa tidak pernah salah memilih.” Kulihat ada bayanganku di kedua bola matamu.

“Bagaimana kalau aku adalah salah satu dari mereka? Para pengendali dunia itu selalu membutuhkan inspirasi baru yang segar dan mereka tak segan melakukan apapun demi mendapatkannya, termasuk jika harus merajam seseorang dengan pisau yang teramat tajam. Bagaimana jika kata ‘aku mencintaimu’ diucapkan hanya sebagai rutinitas tanpa makna?”

“Sayang... kamu tidak mungkin kan...” kalimatmu mengambang di langit-langit malam dan hilang bersama asap kendaraan.

“Kamu tidak mengerti, sayang. Terkadang kesedihan yang amat mendalam membuat sebuah karya semakin hidup.** Tidak salah jika mayoritas penulis adalah orang-orang yang selalu bercumbu dengan sepi dan bercinta dengan kesedihan. Mereka hampir selalu berpakaian hitam.”

Kubelai pipimu lembut dengan sebelah tanganku. Sedetik kemudian, kutikam cepat jantungmu dengan pisau berkilat menggunakan sebelah tanganku yang lain dan sedari tadi kusembunyikan dibalik jaketku, berulang-ulang. Selesai sudah semua. Air mataku mengalir deras menatap jantungmu yang tak lagi berdetak. Dalam pikiranku sudah kutuliskan sebuah cerita baru yang kuyakini akan melegenda dengan namamu sebagai tokoh utamanya. Detik ini kamu sudah abadi dan tak ada lagi yang bisa mengambilmu dariku.

“Aku mencintaimu... dengan caraku sendiri.”***

* dikutip dari tulisan Veronica Gabriella yang berjudul “Kita Berangkat dari Pertanyaan-pertanyaan Tanpa Tanda Tanya”
** terinspirasi oleh tulisan Veronica Gabriella dengan judul “Tentang Orang-orang yang Dilarang Menolak Perasaan”

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Backstreet Boys - As Long As You Love Me