Rabu, 04 April 2012 - 0 komentar

DreamCatcher: Seorang Sahabat untuk Satu Kebahagiaan

Aku adalah seorang pemimpi. Banyak mimpi baru yang kuciptakan setiap harinya. Di antara mimpi-mimpi tersebut, ada satu mimpi paling besar yang ingin kuraih dalam waktu dekat. Bukan mimpi menjadi seorang ibu presiden, bukan pula mimpi untuk menjadi astronom (aku sangat menyukai permainan bintang di langit malam), atau sederet mimpi tentang profesi lainnya yang ingin digapai teman-temanku di sekolah. Aku memimpikan seorang sahabat yang tulus dan setia. Seseorang yang mau melihatku dan memilihku sebagai sahabatnya karena ‘aku’ yang utuh, bukan karena kelebihanku.

Sering kali aku salah memilih sahabat. Pada detik-detik awal mereka baik padaku, tetapi lambat laun sikap mereka berubah. Mereka tidak lagi membutuhkanku untuk membantu mereka belajar. Atau juga memerlukan cerita-cerita indah yang kusulam di siang-siang yang terasa amat membosankan di kelas untuk sekadar menjaga mereka dari tertidur. Sungguh, sebenarnya aku terlampau lelah menghadapi teman-teman seperti itu. Aku tidak ingin ada sebuah panggung drama dalam kisah persahabatanku. Itu saja. Sesederhana itu. Dan kenyataannya, hal yang aku anggap sederhana tidak sesederhana itu untuk merengkuhnya dalam kehangatan.

Beberapa kali aku merasa sepi dan tersakiti. Mengapa aku belum juga bisa menemukan sahabat yang benar-benar mau menerimaku sebagai kertas putih polos? Terkadang di waktu-waktu khusus, ada sedikit rasa cemburu yang menyelip diam-diam di antara rasa sepiku. Rasa cemburu pada teman-temanku yang tergolong anak populer. Banyak anak yang ingin dekat dengan mereka. Menjadi satu dari sahabat mereka. Karena mereka cantik. High fashionable. Dan selalu tampil dengan gadget model terbaru. Rasa cemburuku beberapa kali memelukku sampai mataku menangkap kabut tipis di luar tawa mereka. Mereka dicintai karena kelebihan yang mereka tonjolkan. Pelan tapi pasti rasa cemburuku pun mulai terurai hingga lenyap sama sekali.

Aku tak pernah berhenti berusaha. Meski mimpiku ini terkadang membawa masalah yang memengaruhi segala aktivitasku, aku tak ingin menyerah sekarang. Seperti kata pepatah, bersakit-sakti dahulu, bersenang-senang kemudian. Aku sudah beberapa kali disakiti dan dikhianati, dan aku percaya aku bisa menemukan seorang sahabat. Akhirnya, setahun yang lalu aku bertemu dengan seorang gadis, sahabat dari sahabatku. Dia gadis periang, memiliki sepasang mata bulat penuh ketulusan, dan tidak termasuk kelompok populer. Gadis itu justru lebih sering terlihat sebagai angin daripada sebagai bintang. Dan semakin lama aku bersamanya, aku semakin melihat beberapa ketidakcocokan sifat dan pemahaman di antara kami. Ah, tenang saja, persahabatan kami masih berjalan baik dengan adanya pengertian dan toleransi yang diberikan untuk satu sama lain. Aku tak menyesal pernah memilihnya menjadi sahabatku sampai sekarang. Dia membagi persoalan hidup yang pernah dialaminya. Mengajakku belajar tentang hidup bersama-sama. Atau sekadar mengingatkanku agar aku tak perlu mengalami masalah yang sama seperti yang pernah dialaminya.

Dia gadis yang baik dan setia. Dengannya aku tidak lagi merasa perlu menutupi kekurangan-
kekuranganku. Begitu juga dengannya. Aku percaya bahwa dialah jawaban dari mimpiku. Seorang sahabat yang tulus dan setia. Seorang sahabat yang biasa-biasa saja dari luar, tetapi memiliki keluarbiasaan tersendiri yang ia simpan di dalam. Dan hanya bisa kau temukan dengan melihatnya dari kacamata yang berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Backstreet Boys - As Long As You Love Me