26 Juni 2010…
Pagi harinya, aku merasa badanku capek semua. Pinginnya sih tidur tapi apa daya gulungan ombak laut tak mengijinkan. Ombak besar di tengah laut membuatku mual dan sedikit pusing. Aku memutuskan untuk berpindah dari lorong kamar yang kecil di bagian bawah kapal ke bagian deck kapal di mana nahkoda berada, sekaligus merupakan tempat kami bersantai, makan, dan memnacing, yang terletak di lantai teratas kapal. Begitu aku sampai di sana, angin laut yang sedikit lembap dan bertiup cukup kencang menyambutku.
“Wah, kita dapat ikan besar untuk sarapan, nih!” seru Tamsil memberi pengumuman. Alhasil, semua yang berada di deck kapal, kecuali aku dan dr. Setiawati, berbondong-bondong datang ke tempat Tamsil berdiri. (Wah, antusias sekali menyambut “tamu” baru di kapal! Sampai berbondong-bondong segala. Hihihi) Ikan yang dipancing berwarna biru dan cukup besar ukurannya. Yah, mungkin sekitar 78cm. (Sok tahu MODE: ON) “Ayo, ayo, foto dulu!” ajak Tamsil masih dengan semangat ’45-nya.
Untuk beberapa saat, para kameramen sibuk bekerja. Jepret sana, jepret sini. Tapi beberapa menit kemudian, suasana kembali tenang dan beberapa orang tampak kembali ke aktivitasnya masing-masing. Miko yang masih sibuk dengan kamera Canon-nya memfoto hamparan bukit hijau–katanya sih, bukit-bukit kecil di sekitar kami itu adalah pulau-pulau kecil–di tengah lautan luas warna biru gelap. Tamsil, Nara, Rahman, dan beberapa orang lainnya sibuk mengamati laut yang jernih di bawah sebuah kapal kayu yang tak terlalu besar itu. (Hm… Tampaknya kita punya ahli pengamat perikanan baru, nih.)
“Ada lumba-lumba!” teriak para ahli pengamat kepada kami yang berada di deck kapal. Lagi-lagi, kehebohan yang baru saja berhenti, terjadi lagi. Tapi untungnya, tak berapa lama kemudian, hidangan pertama kami selama di kapal datang. (Hidangan pertama selama di kapal? Mau bilang hidangan sarapan aja ribet banget, sih!) Ayo, coba tebak makanan apa yang paling umum, paling gampang dibuat, warnanya merah, dan ada telurnya?Hm… Nasi goreng, dong! Dan sebagai pelengkapnya juga tersedia krupuk, pisang, dan mentimun.
Waktu terus berjalan, tapi ombak besar tadi pagi tak mau beranjak. Malah, semakin parah saja. Kali ini kapal kami tak hanya bergoyang tapi air laut sudah ikutan masuk ke dalam kapal, tepatnya di ujung kapal. Tak hanya sampai di situ, makanan-makanan yang tertata rapi di atas meja berjatuhan akibat guncangan yang cukup kuat. Kami pun dibuat sibuk menyelamatkan sarapan kami yang berjatuhan. Beruntungnya kami sudah cukup dekat dengan Pulau Komodo.
Sekitar satu jam kemudian, karena harus memutar, akhirnya sampailah kami di Pulau Komodo. Untuk sampai di dermaga Pulau Komodo, kami harus naik perahu boat kecil yang datang menjemput. Tenang saja, jaraknya dekat kok. Begitu kita sampai di dermaga, kita akan disambut dua patung komodo yang terbuat dari semen dengan batu alam sebagai tumpuannya di bagian akhir dermaga. Beberpa langkah lagi masuk ke dalam, kita bisa melihat tulisan “Welcome to Komodo National Park” yang juga terbuat dari semen dan cukup besar.
Masuk lagi ke dalam, di depan akan kita temui bagian resepsionis sebagai pusat informasi, dan di sebelah kanannya ada satu ruangan tempat kita menyelesaikan urusan administrasi. Di sini kita bisa memilih dari salah satu trek dari empat trek yang tersedia: short trek (berjalan sejauh 1km selama 1 jam), medium trek (berjalan sejauh 3km selama 1,5jam), long trek (berjalan sejauh 4,5km selama 2jam), dan adventure trek (berjalan 8jam dengan jarak 10km). Untuk kali ini, kami memilih long trek.
Setelah urusan administrasi selesai, kita akan dijelaskan sedikit tentang komodo dan aturan-aturan selama berada di jalur trek. Kemudian setelah selesai, kita akan langsung menyusuri trek dengan dipandu dua pawang, satu di bagian depan, dan satu lagi di bagian belakang barisan.
Selama perjalanan, kami disuguhi pemandangan hutan tropis dengan berbagai pepohonan di dalamnya, seperti: pohon srikaya, pohon asam, dll. Dari yang kecil sampai yang besar. Selain itu, ada juga rusa sebagai makanan komodo, dan beberapa burung kecil yang hinggap di ranting-ranting pepohonan. Sebenarnya sih, kata sang pawang, masih ada babi sebagai makanan komodo, hanya saja waktu itu kami nggak menemukannya. Untuk long trek, kita tidak hanya berjalan di jalan datar, tapi juga naik-turun bukit. Dari atas bukit, kita bisa melihat pemandangan permadani hijau si bukit dengan latar belakang dua gunung yang tampak menyatu dengan biru laut yang lebih gelap dari biru langit yang cerah.
“Wah, capek-capek rasanya semua hilang! Nggak rugi naik bukit dengan susah payah,” komentar dr. Setiawati berseri-seri. (Tips: pemandangan di sini bisa dijadikan spot kita berfoto. Bagusss banget, malah sepertinya yang paling bagus. Jangan lupa siapkan gaya foto yang unik, ya!)
Setelah puas berfoto, kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Base Camp. Sekadar pengetahuan saja, di tengah hutan Pulau Komodo ada Guest House dengan jumlah kamar sekitar enam buah saja. Nggak jauuh dari situ, ada juga tempat jual suvenir dan kafe.
Karena waktu sudah siang dan kami juga sudah lapar, kami pun kembali ke kapal untuk makan siang. Menunya kali ini ada ikan yang tadi pagi dipancing (Hehehe… Habis nggak tahu namanya, sih), udang, sup, mie, mentimun dan krupuk. Nggak lama setelah kami selesai makan, sampailah kami di Pulau Merah, tempat Pantai Pink dengan pasirnya yang terkenal unik karena berwarna pink.
“Ayo, yang mau turun cepat, ya. Kita nggak punya banyak waktu di sini,” kata sang nahkoda pada kami semua. Akhirnya Ndaru, Oktra, Sari, Nara memutuskan untuk turun dengan dipandu dua guide sebagai pendayung–untuk ke Pulau Merah, kita harus naik sekoci untuk sampai ke Pantai Pink–. Sekilas tentang Pantai Pink, katanya nih, pasir pantai ini bisa berwarna pink itu karena pelapukan karang yang warnanya pink, jadinya pasir di sana ikutan jadi pink. Hm… Ada benarnya juga, sih.
Puas dengan snorkeling dan bermain-main sebentar di pantai, kami melanjutkan perjalanan ke spot memancing. Acara selanjutnya, kami akan memancing di spot yang telah ditunjuk nahkoda sampai keesokan paginya. (Tips: Bagi yang nanti pingin ikutan memancing, jangan lupa bawa alatnya, ya.) Ikan yang kami dapat nggak terlalu besar, cukup untuk dimakan 1-2 orang. Sepertinya, di spot memancing itu nggak ada ikan yang besar, deh. Hm…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar